Akankah Cinta Dalam Hati
Cinta dalam hati ya mungkin
itulah kata terbaik. Tapi aku sendiri tak begitu menganggap sosoknya. Aku masih
sangat labil menentukan siapa sebenarnya yang aku suka. Begitu banyak sosok
yang ku kagumi. Tapi hanya rasa kagum, dan kalau pun itu rasa suka. Pastilah ku
berusaha menguburnya. Tapi jika tak berhasil juga ya hanya diam.
Malam ini seperti biasa hp sepi.
Semenjak ku putuskan untuk tak mengenal pacaran lagi. Hanya teman perempuanku
yang ku harapkan sudah lebih dari 1 tahun aku menjomblo. Bagiku ini adalah hal
yang sangat menarik. Pilihan terbaik dan jalan yang baik. Tapi malam ini Tania
memaksaku untuk berpikir lagi mengenai laki-laki, hal yang sebenarnya malas
untukku lakukan. Sembari diam di tempat tidur pikiranku melayang ya berpikir
tentang apa yang Nia tadi bicarakan aku terpaku.
Kenapa? Mengapa sosoknya tak
pernah dapat hadir. Aku mengenalnya sejak kami sama-sama memasuki ruang kelas 7
SMP. Ya kami satu kelas dan bahkan sampai saat ini aku berada di kelas 10 pun
kami berdua tetap sekelas. Entah ini kebetulan atau apa tapi sikapnya
terhadapku sungguh di luar dugaan. Itu terlihat ketika dari awal kami kelas 10
sampai saat ini. Bahkan aku sangat terheran-heran dengannya. Bagaimana bisa dia
lebih dekat dengan teman yang baru saja dia kenal daripada aku yang sudah jelas
dia kenal sejak 4 tahun lalu.
Mungkin pertanyaan itu bukan
untuk yang pertama kalinya, memang sejak SMP kami tak sedekat ketika dia dengan
mereka. Walaupun kami satu kelompok pelajaran pun. Kami tak banyak berbicara.
Bahkan dia terlihat lebih asyik dengan teman satu kelompok kami yang lain. Dulu
aku sempat berpikir kalau dia menyukaiku tapi nyatanya tak benar juga. Memang
aku tidak tahu isi hatinya, namun sangat terlihat dari sikapnya. Sikapnya yang
seperti tak menginginkan aku tuk berada di dekatnya. Sikap dinginnya itu.
Masih tentangnya aku tak tahu
apa yang sebenarnya terjadi. Kalau ku ingat-ingat kami tak pernah ada masalah.
Kami tak pernah ribut dalam suatu masalah. Kami tak pernah berdebat. Lantas
apa? Malah yang aku tahu mereka yang pernah ribut dengannya kini berteman
akrab. Lalu aku? Apa yang terjadi seolah-olah aku menjadi orang yang sama
sekali tak diinginkannya.
Ya aku tak tahu kadang aku
berpikir mungkin dia menyukaiku. Tapi dia tak berani untuk mengungkapkannya.
Tapi pikiran itu terkalahkan. Sebab apa, mana mungkin ada seseorang yang
menyukai wanita. Terdiam acuh tak acuh begitu entahlah. Aku hanya berharap dia
bisa bersikap wajar padaku. Tak berharap lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar