Kamis, 08 Oktober 2015

GAYA KEPEMIMPINAN



Gaya kepemimpinan memiliki peranan penting dalam suatu organisasi, hal ini berkaitan erat dengan hubungan yang terjadi antara atasan dan bawahan karena pada dasarnya gaya yang diterapkan oleh seorang pemimpin dalam suatu organisasi akan sangat berpengaruh terhadap motivasi dan kinerja dari para bawahannya.
Pada dasarnya Gaya kepemimpinan mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Dalam memimpin sebuah organisasi, para pimimpin memiliki berbagai gaya. Beberapa gaya kepemimpinan, diantaranya adalah :
1.        Gaya Ekstern (menurut Teori Perilaku)
         Studi kepemimpinan melalui pendekatan perilaku, menghasilkan dua orientasi perilaku pemimpin, yaitu perilaku pemimpin yang berorientasi pada tugas atau yang mengutamakan penyelesaian tugas (task orientation) dan perilaku pemimpin yang berorientasi pada orang/karyawan atau yang mengutamakan dalam penciptaan hubungan-hubungan manusiawi (people orientation). Perilaku pemimpin yang berorientasi pada tugas akan menampilkan gaya kepemimpinan otokratik, sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada hubungan manusia menampilkan gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif. Berdasarkan Penjelasan tersebut, teori perilaku terbagi menjadi:

a.      Teori X dan Teori Y
Douglas Mc Gregor mengemukakan dua pandangan yang saling bertentangan tentang kodrat manusia, model ini dijelaskan dalam dua perangkat asumsi yang dikenal sebagai teori X dan teori Y . menurut McGregor, mengelola (managing) harus dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai bagaimana para manajer memandang dirinya sendiri dalam hubungannya dengan yang lain.

McGregor memasukkan asumsi tradisional ke dalam teori X. menurut teori X,manusia memiliki sifat sebagai berikut :
·         Manusia rata-rata memiliki ketidaksukaan yang melekat dalam dirinya atas pekerjaan dan cenderung untuk menghindar, bila mungkin.
·         Oleh karena itu, kebanyakan dari mereka harus dipaksa, diawasi, diarahkan, dan diancam dengan hukuman untuk membuat mereka bekerja ke arah pencapaian sasaran organisasi.
·         Manusia rata-rata suka untuk diatur, ingin menghidari tanggung jawab, memiliki ambisi yang tidak seberapa, dan menghendaki keamanan.

Sedangkan menurut teori Y, sifat manusia itu adalah :
·         Usaha yang bersifat fisik maupun mental yang dilakukan manusia dalam bekerja sama halnya dengan bermain ataupun istirahat.
·         Pengawasan eksternal dan ancaman hukuman bukan satu-satunya alat umtuk meghasilkan usaha ke arah sasaran organisasi. Manusia akan memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri untuk sasaran perusahaan.
·         Tingkat keterlibatan mereka pada sasaran organisasi sebanding dengan penghargaan (rewards) yang diberikan organisasi karena prestasi mereka.
·         Kebanyakan manusia dalam kondisi yang kondusif, mereka tidak hanya menerima tapi juga menghendaki tanggung jawab.
·         Dibawah kondisi kehidupan industri modern, potensi-potensi intelektual kebanyakan manusia hanya dimanfaatkan sebagian saja.

2.      Gaya Situasional
Kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, 1984);
a.      Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (perilaku tugas)
b.      Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin (perilaku hubungan)
c.       Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu (kematangan bawahan).
Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin tersebut, ada dua hal yang biasanya dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya yakni perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung.

Menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
  1. Tingkat kematangan M1 (kemampuan dan kemauan bawahan rendah) maka gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu dengan memberitahukan, menunjukkan, dan mengistruksikan secara spesifik.
  2. Tingkat kematangan M2 (kemampuan bawahan rendah tapi kemauannya tinggi), untuk menghadapi bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan adalah Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk.
  3. Tingkat kematangan M3 (kemampuan bawahan tinggi tapi kemauannya rendah) maka gaya pemimpin yang tepat untuk bawahan seperti ini adalah Gaya Participating, yaitu saling bertukar ide dan memberi kesempatan untuk  mengambil keputusan.
  4. Tingkat kematangan M4 (kemampuan dan kemauan bawahan tinggi) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah Gaya Delegating, yaitu mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan sistem pengawasan yang baik.

Penjabaran lebih lanjut mengenai situasi dan tipe gaya kepemimpinan dapat dikemukakan sebagai berikut
a.      Memberitahukan, Menunjukkan, Memimpin, Menetapkan (TELLING-DIRECTING)
Gaya telling-directing atau disebut juga sebagai gaya menginstruksikan kepada pengikut yang rendah tingkat kematangannya. Seseorang yang tidak mampu dan tidak mau memikul tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu merupakan seseorang yang tak kompeten dan tidak memiliki keyakinan. Biasanya ketidakmauan mereka merupakan akibat dari ketidakyakinannya atau kurangnya pengalaman dan pengetahuan mengenai tugas yang diberikan.
Gaya kepemimpinan yang tepat adalah instruksi karena peranan pemimpin yang membatasi peranan bawahan dan menginstruksikan kepada mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana harus melakukan tugas tertentu.  
b.      Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk (SELLING-COACHING)
Gaya selling-coaching dapat dikatakan juga sebagai gaya konsultasi yang diterapkan untuk bawahan dengan tingkat kematangan rendah sampai ke tingkat sedang. Seseorang yang tak mampu namun berkeinginan untuk memikul tanggung jawab, memiliki keyakinan tapi kurang memiliki keterampilan/keahlian. Oleh karena itu, gaya konsultasi merupakan gaya yang sesuai dipergunakan dalam situasi seperti ini, yang dapat memberikan perilaku mengarahkan karena bawahan kurang mampu juga memberikan perilaku mendukung untuk memperkuat kemampuan dan antusiasme bawahan. Dalam gaya ini, komunikasi dua arah akan membantu mempertahankan motivasi bawahan yang tinggi dan pada saat yang sama, tanggung jawab untuk kontrol atas pembuatan keputusan tetap ada pada pimpinan.
c.       Mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama (PARTICIPATING-SUPPORTING)
Gaya partisipasi dipergunakan bagi bawahan dengan tingkat kematangan sedang merujuk ke tinggi. Orang-orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi kemauannya rendah untuk melakukan suatu tugas yang diberikan. Ketidakmauan itu disebabkan oleh ketidakyakinan mereka untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Dalam kasus ini, pimpinan perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif  mendengar dan mendukung usaha-usaha para pengikut untuk menggunakan kemampuan yang mereka miliki. Melalui gaya partisipasi, pimpinan dan bawahan bisa saling bertukar ide dalam pembuatan keputusan dengan peranan utama pimpinan memberikan fasilitas dan berkomunikasi.
d.      Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi, Penyelesaian (DELEGATING)
Gaya delegasi digunakan bagi bawahan dengan tingkat kematangan tinggi. Orang-orang dengan tingkat kematangan seperti ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi untuk memikul sebuah tanggung jawab. Gaya kepemimpinan ini memberikan sedikit pengarahan, para bawahan diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskan tentang bagaimana, kapan, dan dimana melakukan suatu tugas. Karena secara psikologis bawahan sudah matang, maka tidak diperlukan banyak komunikasi dua arah atau perilaku mendukung.

Fungsi Komunikasi Kelompok


Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk pembuatan kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri.
Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan sktivitas yang informal, santai dan menghibur.
Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan msing-masing anggota, mustahil fungai edukasi ini akan tercapai.
Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.
Fungsi keompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahn masalah menghasilkan materi atu bahan untuk pembuatan keputusan.
Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnhya. Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalh membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar