A. Pengertian Minuman Keras
Minuman keras dalam istilah agama disebut khamr.
Khamr terambil dari kata khamara artinya “menutup”. Maksudnya adalah
menutupi akal. Karena itu makanan atau minuman yang dapat menutupi akal secara
bahasa juga disebut khamr.
Pada
mulanya khamr adalah minuman keras yang terbuat dari kurma dan anggur. Tetapi
karena dilarangnya itu sebab memabukkan, maka minuman yang terbuat dari bahan
apas aja (walaupun bukan dari kurma atau anggur) asal itu memabukkan, maka
hukumnya sama dengan khamr, yaitu haram diminum.
Menurut sebagian ulama’ menyatakan bahwa yang disebut
khamr adalah minuman yang terbuat dari bahan anggur, kurma, gandum, dan sya’ir
yang sudah keras, mendidih dan berbuih.
B. Unsur/Ciri-Ciri Minuman Keras
Minuman keras mengandung alkohol dengan berbagai
golongan terutama etanol (CH3CH2OH) dengan kadar tertentu yang mampu membuat
peminumnya menjadi mabuk atau kehilangan kesadaran jika diminum dalam jumlah
tertentu. Secara kimia alkohol adalah zat yang pada gugus fungsinya mengandung
gugus – OH. Alkohol diperoleh dari proses peragian zat yang mengandung senyawa
karbohidrat seperti gula, madu, gandum, sari buah atau umbi-umbian. Jenis serta
golongan dari alkohol yang akan dihasilkan tergantung pada bahan serta proses
peragian. Dari peragian tersebut akan didapat alkohol sampai berkadar 15% tapi
melalui proses destilasi memungkinkan didapatnya alkohol dengan kadar yang
lebih tinggi bahkan sampai 100%. Ada 3 golongan minuman berakohol yaitu:
-
Golongan A; kadar etanol 1%-5% misalnya dan tuak dan bir
-
Golongan B; kadar etanol 5%-20% misalnya arak dan anggur
-
Golongan C; kadar etanol 20%-45% misalnya whiskey dan vodca.
Di Bali sendiri minuman keras dibuat dari bahan aren.
Aren ini kemudian difermentasikan dengan cara tradisional maka didapatlah tuak, jika tuak ini diolah maka akan
diperoleh minuman dengan kadar alkohol sampai 15% yang kemudian dinamakan arak.
Arak dengan kadar alkohol yang lebih tinggi sering disebut dengan nama arak
api, disebut demikian kerena jika arak ini disulut dengan api maka akan
langsung terbakar.
C. Hukum Minuman Keras
Hukum minum minuman keras atau khamar ialah haram,dan
bagi orang yang menkonsumsinya adalah termasuk pelaku dosa besar. Sebab akan
mempunyai dampak negative cukup berat sekali. Misalnya dengan hilangnya
kesadran orang akan berbuat semaunya ynag cenderung melanggar norma agama,
social masyarakat, sera merusak sel syaraf otak dan jantng peminumnya yang
berakibat membahayakan diri sendiri.
Larangan
minum khamr, diturunkan secara berangsur-angsur. Sebab minum khamr itu bagi
orang Arab sudah menjadi adat kebiasaan yang mendarah daging semenjak zaman
jahiliyah. Mula-mula dikatakan bahwa dosanya lebih besar daripada manfaatnya,
kemudian orang yang mabuk tidak boleh mengerjakan shalat, dan yang terakhir
dikatakan bahwa minum khamr itu adalah keji dan termasuk perbuatan syetan. Oleh
sebab itu hendaklah orang-orang yang beriman berhenti dari minum khamr.
Begitulah,
akhirnya Allah mengharamkan minum khamr secara tegas. Adapun firman Allah yang
pertama kali turun tentang khamr adalah :
يَسْئَلُوْنَكَ
عَنِ اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ، قُلْ فِيْهِمَا اِثْمٌ كَبِيْرٌ وَّ مَنَافِعُ لِلنَّاسِ،
وَ اِثْمُهُمَآ اَكْبَرُ مِنْ نَّفْعِهِمَا، وَ يَسْأَلُوْنَكَ مَاذَا
يُنْفِقُوْنَ، قُلِ اْلعَفْوَ، كَذلِكَ يُـبَـيّنُ اللهُ لَكُمُ اْلايتِ
لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَ. البقرة:219
Mereka bertanya kepadamu tentang
khamr dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafqahkan. Katakanlah, “Yang lebih
dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu
berfikir. [QS.
Al-Baqarah : 219]
Di
dalam hadits riwayat Ahmad dari Abu Hurairah diterangkan sebab turunnya ayat
tersebut sebagai berikut : Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah, didapatinya
orang-orang minum khamr dan berjudi (sebab hal itu sudah menjadi kebiasaan
mereka sejak dari nenek moyang mereka). Lalu para shahabat bertanya kepada
Rasulullah SAW tentang hukumnya, maka turunlah ayat tersebut. Mereka memahami
dari ayat tersebut bahwa minum khamr dan berjudi itu tidak diharamkan, tetapi
hanya dikatakan bahwa pada keduanya terdapat dosa yang besar, sehingga mereka
masih terus minum khamr. Ketika waktu shalat Maghrib, tampillah seorang
Muhajirin menjadi imam, lalu dalam shalat tersebut bacaannya banyak yang salah,
karena sedang mabuk setelah minum khamr. Maka turunlah firman Allah yang lebih
keras dari sebelumnya, yaitu :
ياَيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَقْرَبُوا الصَّلوةَ وَ اَنْتُمْ سُكرى حَتّى
تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ. النساء:43
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendekati shalat padahal kamu sedang mabuk sehingga kamu
mengerti apa yang kamu ucapkan. [An-Nisaa' : 43]
Kemudian
orang-orang masih tetap minum khamr, sehingga mereka mengerjakan shalat apabila
sudah sadar dari mabuknya. Kemudian diturunkan ayat yang lebih tegas lagi dari
ayat yang terdahulu :
ياَيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْآ اِنَّمَا اْلخَمْرُ وَ اْلمَيْسِرُ وَ اْلاَنْصَابُ وَ
اْلاَزْلاَمُ رِجْسٌ مّنْ عَمَلِ الشَّيْطنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ. اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ
اْلعَدَاوَةَ وَ اْلبَغْضَآءَ فِى اْلخَمْرِ وَ اْلمَيْسِرِ وَ يَصُدَّكُمْ عَنْ
ذِكْرِ اللهِ وَ عَنِ الصَّلوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ. المائدة:90-91
Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya
syaithan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara
kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan
itu). [QS.
Al-Maidah : 90-91]
Setelah
turun ayat yang sangat tegas ini, mereka berkata, “Ya Tuhan kami, kami berhenti
(dari minum khamr dan berjudi)”. [HR. Ahmad]
Dari
ayat-ayat diatas, sudah jelas bahwa Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan
khamr dengan pengharaman yang tegas. Dan bahkan peminumnya dikenai hukuman had.
Rasulullah SAW menghukum peminum khamr dengan 40 kali dera, sedangkan Khalifah
Umar bin Khaththab dimasa kekhalifahannya menetapkan hukuman dera 80 kali bagi
peminum khamr, setelah bermusyawarah dengan para shahabat lainnya, yang Isnya
Allah hadits-haditsnya akan kami sampaikan di belakang nanti.
Adapun
hadits-hadits tentang haramnya khamr diantaranya sebagai berikut :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مُدْمِنُ اْلخَمْرِ كَعَابِدِ وَثَنٍ. ابن ماجه
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Peminum khamr itu bagaikan penyembah berhala”. [HR. Ibnu Majah]
Dari Ibnu Umar RA, ia berkata : Ada
tiga ayat yang turun tentang khamr, yaitu pertama yang artinya (Mereka akan
bertanya kepadamu tentang khamr dan judi ….. dst). Lalu dikatakan (oleh
orang-orang) bahwa khamr telah diharamkan. Kemudian ditanyakan, “Ya Rasulullah,
bolehkah kami memanfaatkannya sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ‘azza wa
jalla ?”. Nabi SAW terdiam dari pertanyaan mereka, kemudian turunlah ayat
(Jangan kamu mendekati shalat padahal kamu sedang mabuk). Lalu dikatakan (oleh
orang-orang), “Khamr betul-betul telah diharamkan”. Lalu mereka (para shahabat)
bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak meminumnya menjelang shalat”.
Nabi SAW terdiam dari mereka, kemudian turunlah ayat (Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya khamr, judi sembelihan untuk berhala, dan mengundi nasib
itu tidak lain (dari perkara) kotor dari perbuatan syaithan…. dst). Ibnu Umar
berkata, Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Khamr itu telah diharamkan”. [HR. Abu Dawud Ath-Thayalisi, di
dalam musnadnya].
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: صَنَعَ لَنَا
عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ عَوْفٍ طَعَامًا فَدَعَانَا وَ سَقَانَا مِنَ اْلخَمْرِ،
فَاَخَذَتِ اْلخَمْرُ مِنَّا، وَ قَدْ حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَقَدَّمُوْنِى فَقَرَأْتُ
<قُلْ ياَيُّهَا اْلكفِرُوْنَ، لاَ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ، وَ نَحْنُ
نَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ، قَالَ: فَاَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ <ياَيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا لاَ تَقْرَبُوا الصَّلوةَ وَ اَنْتُمْ سُكرى حَتّى
تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ. الترمذى و صححه
Dari Ali, ia berkata : ‘Abdurrahman
bin ‘Auf pernah membuat makanan untuk kami, lalu ia mengundang kami dan
menuangkan khamr untuk kami, lalu diantara kami ada yang mabuk, padahal (ketika
itu) waktu shalat telah tiba, lalu mereka menunjukku menjadi imam, lalu aku
baca Qul
yaa-ayyuhal kaafiruun, laa a’budu maa ta’buduun, wa nahnu na’budu maa ta’buduun
(Katakanlah : Hai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu sembah,
dan kami menyembah apa yang kamu sembah)”. Ali berkata, “Lalu Allah menurunkan
firman-Nya Yaa ayyuhalladziina aamanuu, laa taqrobushsholaata wa antum
sukaaroo hattaa ta’lamuu maa taquuluun. (Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mendekati shalat, padahal kamu (sedang) mabuk, hingga kamu
mengerti apa yang kamu katakan)”. [HR. Tirmidzi, dan ia menshahihkannya]
عَنْ اِبِى سَعِيْدٍ قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: ياَيُّهَا النَّاسُ، اِنَّ اللهَ اَبْغَضَ اْلخَمْرَ،
وَ لَعَلَّ اللهَ سَيُنْزِلُ فِيْهَا اَمْرًا، فَمَنْ كَانَ عِنْدَهُ مِنْهَا
شَيْءٌ فَلْيَبِعْهُ وَ لْيَنْتَفِعْ بِهِ، قَالَ: فَمَا لَبِثْنَا اِلاَّ
يَسِيْرًا حَتَّى قَالَ ص: اِنَّ اللهَ حَرَّمَ اْلخَمْرَ، فَمَنْ اَدْرَكَتْهُ
هذِهِ اْلآيَةُ وَ عِنْدَهُ مِنْهَا شَيْءٌ فَلاَ يَشْرَبُ وَ لاَ يَبِيْعُ،
قَالَ: فَاسْتَقْبَلَ النَّاسُ بِمَا كَانَ عِنْدَهُمْ مِنْهَا طُرُقُ
اْلمَدِيْنَةِ فَسَفَكُوْهَا. مسلم
Dari Abu Sa’id, ia berkata : Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Hai manusia, sesungguhnya Allah membenci
khamr, dan mudah-mudahan Ia akan menurunkan suatu ketentuan padanya. Oleh
karena itu barangsiapa masih mempunyai sedikit dari padanya, maka hendaklah ia
menjualnya dan memanfaatkannya”. Abu Sa’id berkata : Maka tidak lama kemudian
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah (telah) mengharamkan khamr, maka
barangsiapa sampai kepadanya ayat ini [QS. Al-Maidah : 90], padahal ia masih
mempunyai sedikit dari padanya, maka ia tidak boleh meminumnya, dan tidak boleh
menjualnya”. Abu Sa’id berkata, “Lalu orang-orang sama pergi menuju ke
jalan-jalan Madinah sambil membawa sisa khamr yang ada pada mereka, lalu mereka
menuangkannya”.
[HR. Muslim]
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: كُنْتُ اَسْقِى
اَبَا عُبَيْدَةَ وَ اُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ مِنْ فَضِيْخِ زَهْوٍ وَ تَمْرٍ،
فَجَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ: اِنَّ اْلخَمْرَ حُرِّمَتْ. فَقَالَ اَبُوْ طَلْحَةَ:
قُمْ يَا اَنَسُ فَاَهْرِقْهَا، فَاَهْرَقْـتُهَا. احمد و البخارى و مسلم
Dari Anas, ia berkata : Saya pernah
menuangkan (minuman) kepada Abu ‘Ubaidah dan Ubay bin Ka’ab, (yang dibikin)
dari perasan kurma segar dan kurma kering, lalu ada seseorang datang kepada
mereka, kemudian berkata, “Sesungguhnya khamr telah diharamkan”. Lalu Abu
Thalhah berkata, “Berdirilah hai Anas, lalu buanglah”. Kemudian saya pun
menuangkan (membuang) minuman tersebut”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
1. Segala Yang Memabukkan Hukumnya Haram
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: اِنَّ اْلخَمْرَ
حُرِّمَتْ وَ اْلخَمْرُ يَوْمَئِذٍ اْلبُسْرُ وَ التَّمْرُ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Anas, ia berkata, “Sesungguhnya
khamr itu (telah) diharamkan, dan pada saat itu khamr (dibuat dari) kurma segar
dan kurma kering”.
[HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
Dari Ibnu
‘Umar, bahwa ‘Umar RA berkata (berkhutbah) di mimbar Nabi SAW, “Amma ba’du,
hai manusia, sesungguhnya telah turun ketetapan haramnya khamr, dan khamr itu
(terdiri) dari lima macam, yaitu dari anggur, kurma kering, madu gandum, sya’ir
(gandum Belanda), dan khamr itu suatu minuman yang menutupi akal”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
زاد احمد و ابو داود: وَ اَنَا
اَنْهَى عَنْ كُلِّ مُسْكِرٍ.
Imam Ahmad dan Abu Dawud menambah :
Rasulullah SAW bersabda, “Dan aku melarang segala minuman yang memabukkan”.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ ص
قَالَ: كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ، وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. الجماعة الا البخارى و
ابن ماجه
Dari Ibnu ‘Umar, bahwa Nabi SAW
pernah bersabda, “Setiap (minuman) yang memabukkan itu khamr, dan setiap
(minuman) yang memabukkan itu haram”. [HR. Jama'ah, kecuali Bukhari dan Ibnu Majah]
و فى لفظ: كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَ
كُلُّ خَمْرٍ حَرَامٌ. مسلم و الدارقطنى
Dan dalam
lafadh yang lain (dikatakan), “Setiap (minuman) yang memabukkan itu khamr,
dan setiap khamr itu haram”.
[HR. Muslim dan Daruquthni]
Dari
‘Aisyah, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah ditanya tentang bit’i, yaitu
minuman keras yang terbuat dari madu, dan penduduk Yaman biasa meminumnya. Lalu
Nabi SAW menjawab, “Setiap minuman yang memabukkan, maka minuman itu haram”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Musa RA, ia berkata : Saya
berkata, “Ya Rasulullah, berilah kami fatwa tentang dua minuman yang biasa kami
membuatnya di Yaman, yaitu bit’i, minuman dari madu yang dilarutkan (dibiarkan)
sehingga menjadi keras dan mizr, minuman dari gandum dan sya’ir yang dilarutkan
sehingga menjadi keras. Abu Musa berkata : Lalu Rasulullah SAW memberi jawaban
singkat yang mencakup, pada akhir-akhir jawabannya. Beliau bersabda, “Setiap
minuman yang memabukkan itu haram”. [HR Ahmad, Bukhari dan Muslim]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ
ص قَالَ: كُلُّ مُخَمِّرٍ خَمْرٌ وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. ابو داود
Dari Ibnu ‘Abbas RA, dari Nabi SAW,
beliau bersabda, “Setiap minuman yang menutupi (akal) itu khamr, dan setiap
minuman yang memabukkan itu haram”. [HR. Abu Dawud]
2. Minum khamr walaupun sedikit, hukumnya tetap
haram
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض عَنِ النَّبِيِّ
ص قَالَ: مَا اَسْكَرَ كَثِيْرُهُ فَقَلِيْلُهُ حَرَامٌ. احمد و ابن ماجه و
الدارقطنى و صححه
Dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, beliau
bersabda, “Minuman yang dalam jumlah banyak memabukkan, maka sedikitpun juga
haram”. [HR.
Ahmad, Ibnu Majah dan Daruquthni, dan dia menshahihkannya].
Dan Abu
Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi meriwayatkan seperti itu dari Jabir.
عَنْ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ
اَنَّ النَّبِيَّ ص نَهَى عَنْ قَلِيْلِ مَا اَسْكَرَ كَثِيْرُهُ. النسائى و
الدارقطنى
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash, bahwa
Nabi SAW melarang meminum meskipun sedikit dari minuman yang (dalam kadar)
banyaknya memabukkan”.
[HR. Nasai dan Daruquthni]
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya,
dari datuknya, bahwa Nabi SAW didatangi suatu qaum, lalu mereka berkata, “Ya
Rasulullah, sesungguhnya kami (biasa) membuat minuman keras, lalu kami
meminumnya di pagi dan sore hari. Lalu Nabi SAW bersabda, “Minumlah, tetapi
setiap minuman yang memabukkan itu haram”. Kemudian mereka berkata, “Ya
Rasulullah, sesungguhnya kami mencampurnya dengan air”. Nabi SAW menjawab,
“Haram (walaupun) sedikit dari minuman yang (dalam kadar) banyaknya memabukkan”. [HR. Daruquthni]
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Setiap minuman yang memabukkan itu haram, dan minuman
yang dalam jumlah banyaknya memabukkan, maka segenggam darinya pun haram”. [HR. Ahmad, Abu Dawud dan
Tirmidzi, dan Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan"]
3. Ada segolongan orang yang merubah nama khamr
dengan nama yang lain sehingga mereka menganggap halal dan meminumnya.
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَتَسْتَحِلَّنَّ طَائِفَةٌ مِنْ اُمَّتِى
اْلخَمْرَ بِاسْمٍ يُسَمُّوْنَهَا اِيَّاهُ. احمد
Dari ‘Ubadah bin Shamit, ia berkata
: Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh akan ada segolongan dari ummatku yang
menghalalkan khamr dengan menggunakan nama lain”. [HR. Ahmad]
Dari Ibnu Muhairiz dari salah
seorang shahabat Nabi SAW beliau bersabda, “(Akan) ada sekelompok manusia
dari ummatku yang minum khamr, dan mereka menamakannya dengan nama lain”. [HR. Nasai]
عَنْ اَبِى مَالِكٍ اْلاَشْعَرِيِّ
اَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: لَيَشْرَبَنَّ اُنَاسٌ مِنْ اُمَّتِى
اْلخَمْرَ وَ يُسَمُّوْنَهَا بِغَيْرِ اسْمِهَا. احمد و ابو داود
Dari Abu Malik Al-Asy’ariy, bahwa ia
mendengar Nabi SAW bersabda, “Sungguh akan ada sekelompok manusia dari ummatku
yang minum khamr, dan mereka menamakannya dengan nama lain”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
4. Khamr yang telah diharamkan oleh Allah tidak
boleh dijual ataupun dihadiahkan.
Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata : Rasulullah SAW
pernah mempunyai seorang kawan dari Tsaqif dan Daus, lalu ia menemui beliau
pada hari penaklukan kota Makkah dengan membawa satu angkatan atau seguci khamr
untuk dihadiahkan kepada beliau, lalu Nabi SAW bersabda, “Ya Fulan, apakah
engkau tidak tahu bahwa Allah telah mengharamkannya ?”. Lalu orang tersebut
memandang pelayannya sambil berkata, “Pergi dan juallah khamr itu”. Lalu Rasulullah
SAW pun bersabda, “Sesungguhnya minuman yang telah diharamkan meminumnya, juga
diharamkan menjualnya”. Lalu Rasulullah SAW menyuruh (agar ia membuang)nya,
lalu khamr itu pun dibuang dibathha’. [HR. Ahmad, Muslim dan Nasai]
Dari Abu Hurairah RA, bahwa pernah
ada seorang laki-laki menghadiahkan kepada Rasulullah SAW seguci khamr, ia
menghadiahkannya kepada beliau pada tahun diharamkannya khamr, lalu Nabi SAW
bersabda, “Sesungguhnya khamr telah diharamkan”. Lalu orang itu bertanya, “Apa
tidak boleh aku menjualnya ?”. Jawab Nabi SAW, “Sesungguhnya minuman yang
diharamkan meminumnya, juga diharamkan menjualnya”. Orang itu bertanya (lagi),
“Apakah tidak boleh aku pergunakan untuk mengungguli kedermawanan orang Yahudi
?”. Nabi SAW menjawab, “Sesungguhnya sesuatu yang diharamkan, maka haram (pula)
untuk dipergunakan mengungguli kedermawanan orang Yahudi”. Orang itu bertanya
(lagi), “Lalu harus aku gunakan untuk apa ?”. Nabi SAW bersabda, “Tuangkan saja
di Bathha’ “.
[HR. Al-Humaidi di dalam musnadnya - dalam Nailul Authar juz 8, hal 191]
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: لَعَنَ رَسُوْلُ
اللهِ ص فِى اْلخَمْرِ عَشْرَةً: عَاصِرَهَا وَ مُعْتَصِرَهَا وَ شَارِبَهَا وَ
حَامِلَهَا وَ اْلمَحْمُوْلَةَ اِلَيْهِ وَ سَاقِيَهَا وَ بَائِعَهَا وَ آكِلَ
ثَمَنِهَا وَ اْلمُشْتَرِيَ لَهَا وَ اْلمُشْتَرَاةَ لَهُ. الترمذى و ابن ماجه فى
نيل الاوطار 5: 174
Dari Anas ia berkata, “Rasulullah
SAW melaknat tentang khamr sepuluh golongan : 1. yang memerasnya, 2. pemiliknya
(produsennya), 3. yang meminumnya, 4. yang membawanya (pengedar), 5. yang minta
diantarinya, 6. yang menuangkannya, 7. yang menjualnya, 8. yang makan harganya,
9. yang membelinya, 10. yang minta dibelikannya”. [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah -
dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: لُعِنَتِ
اْلخَمْرَةُ عَلَى عَشْرَةِ وُجُوْهٍ: لُعِنَتِ اْلخَمْرَةُ بِعَيْنِهَا وَ
شَارِبِهَا وَ سَاقِيَهَا وَ بَائِعِهَا وَ مُبْتَاعِهَا وَ عَاصِرِهَا وَ
مُعْتَصِرِهَا وَ حَامِلِهَا وَ اْلمَحْمُوْلَةِ اِلَيْهِ وَ آكِلِ ثَمَنِهَا.
احمد و ابن ماجه فى نيل الاوطار 5: 174
Dari Ibnu ‘Umar ia berkata, “Telah
dilaknat khamr atas sepuluh hal : 1. khamr itu sendiri, 2. peminumnya, 3. yang
menuangkannya, 4. penjualnya, 5. pembelinya, 6. yang memerasnya, 7. pemilik
(produsennya), 8. yang membawanya, 9. yang minta diantarinya, 10. yang memakan
harganya”. [HR.
Ahmad dan Ibnu Majah - dalam Nailul Authar juz 5 hal. 174]
5. Khamr tidak boleh dijadikan cuka.
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص
سُئِلَ عَنِ اْلخَمْرِ يُتَّخَذُ خَلاًّ فَقَالَ: لاَ. احمد و مسلم و ابو داود و
الترمذى و صححه
Dari Anas, bahwa Nabi SAW ditanya
tentang khamr yang dijadikan cuka, lalu beliau menjawab, “Tidak boleh”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan
Tirmidzi, dan ia menshahihkannya]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ اَبَا طُلْحَةَ
سَأَلَ النَّبِيَّ عَنْ اَيْتَامٍ وَرِثُوْا خَمْرًا، قَالَ: اَهْرِقْهَا. قَالَ:
اَفَلاَ نَجْعَلُهَا خَلاًّ؟ قَالَ: لاَ. احمد و ابو داود
Dari Anas, bahwa Abu Thalhah
bertanya kepada Nabi SAW tentang beberapa anak yatim yang mewarisi khamr,
beliau SAW menjawab, “Tuangkanlah !”. (Abu Thalhah) bertanya, “Apakah tidak
boleh kami jadikan cuka ?”. Jawab beliau, “Tidak”. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ يَتِيْمًا كَانَ
فِى حِجْرِ اَبِى طَلْحَةَ فَاشْتَرَى لَهُ خَمْرًا. فَلَمَّا حُرِّمَتْ سُئِلَ
النَّبِيُّ ص: اَتُتَّخَذُ خَلاً؟ قَالَ: لاَ. احمد و الدارقطنى
Dari Anas bahwa seorang anak yatim
berada (dalam asuhan) Abu Thalhah, lalu ia (Abu Thalhah) membelikan khamr
untuknya. Ketika khamr telah diharamkan, Nabi SAW ditanya, “Bolehkah khamr itu
dijadikan cuka ?”. Nabi SAW menjawab, “Tidak”. [HR. Ahmad, dan Daruquthni]
6. Boleh minum perasan kurma atau anggur selama
tidak menjadi khamr (belum rusak).
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كُنَّا
نَنْبُذُ لِرَسُوْلِ اللهِ ص فِى سَقَاءٍ فَنَأْخُذُ قَبْضَةً مِنْ تَمْرٍ وَ
قَبْضَةً مِنْ زَبِيْبٍ فَنَطْرَحُهُمَا، ثُمَّ نَصُبُّ عَلَيْهِ اْلمَاءَ
فَنَنْبُذُهُ غُدْوَةَ فَيَشْرَبُهُ عَشِيَّةً وَ نَنْبُذُهُ عَشِيَّةً
فَيَشْرَبُهُ غُدْوَةً. ابن ماجه
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Kami
pernah membuatkan minuman Rasulullah SAW dalam suatu wadah, kami mengambil
segenggam kurma dan segenggam anggur lalu kami tuangkan air. Kami membuatnya
pada pagi hari kemudian diminum pada sore hari dan (jika) kami membuatnya pada
sore hari lalu diminum pada pagi hari. [HR. Ibnu Majah]
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كُنَّا
نَنْبُذُ لِرَسُوْلِ اللهِ ص سَقَاءٍ يُوْكَى اَعْلاَهُ وَ لَهُ عَزْلاَءُ
نَنْبُذُهُ غُذْوَةً فَيَشْرَبُهُ عَشِيًّا وَ نَنْبُذُهُ عَشِيًّا فَيَشْرَبُهُ
غُذْوَةً. احمد و مسلم و ابو داود و الترمذى
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Kami
(biasa) membuat minuman untuk Rasulullah SAW di wadah (minuman) yang tertutup
(bagian) atasnya dan mempunyai pelepas (untuk membuka). Kami membuatnya di pagi
hari lalu beliau (Nabi SAW) meminumnya di sore hari dan (jika) kami membuat di
sore hari maka (Nabi SAW) meminumnya di pagi hari”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan
Tirmidzi]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ ص يُنْبَذُ لَهُ اَوَّلَ اللَّيْلِ فَيَشْرَبُهُ اِذَا اَصْبَحَ
يَوْمَهُ ذلِكَ وَ اللَّيْلَةَ الَّتِى تَجِيْءُ وَ اْلغَدَ وَ اللَّيْلَةَ
اْلاُخْرَى وَ اْلغَدَ اِلَى اْلعَصْرِ، فَاِذَا بَقِيَ شَيْءٌ سَقَاهُ
اْلخَدَّامَ اَوْ اَمَرَ بِهِ فَصَبَّ. احمد و مسلم
Dari Ibnu ‘Abbas RA, ia berkata,
“Adalah Rasulullah SAW dibuatkan minuman pada malam (hari yang) pertama, lalu
beliau meminumnya ketika pagi harinya, dan malam berikutnya dan pagi harinya
(hari kedua), dan malam berikutnya lagi serta pagi harinya sampai waktu ‘ashar
(hari ketiga). Lalu apabila masih ada sisanya diberikan kepada pelayan atau
beliau menyuruh (membuangnya), lalu dibuang”. [HR. Ahmad dan Muslim]
http://kumpulan-makalah-adinbuton.blogspot.co.id/2014/11/makalah-minuman-keras-khamr.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar